MA Al Usmaniyah Bagan Batu Menggelar Deklarasi Gerakan Anti Coret Seragam Sekolah

MA Al Usmaniyah Bagan Batu Menggelar Deklarasi Gerakan Anti Coret Seragam Sekolah

Abdur Rahim : “Sayang kalo dicoret, bagusan diberikan ke adek – adek yang kurang mampukan pak. Kita berharap agar banyak siswa bisa lebih cerdas memahami arti dari kelulusan, mengalihkan kegiatan menjadi lebih bermanfaat,”

BAGAN BATU : coret – coret baju seragam sekolah sudah menjadi tradisi bagi pelajar yang tamat sekolah. Namun tradisi itu di anggap merugikan serta tidak bermanfaat dan tidak berlaku bagi siswa – siswi Madrasah Aliyah (MA) Al Usmaniyah Bagan Batu.

Usai melaksanakan ujian nasional siswa – siswi MA Al Usmaniyah Bagan Batu menggelar deklarasi Gerakan Anti Coret (GAC) seragam sekolah serta mengajak siswa – siswi lain dan dukungan mayarakat untuk menghindari tradisi tersebut.

Pantauan di lapangan, Senin (8/4/2019) sore, di Sungai Buaya, Kelurahan Bagan Batu Kota, Kecamatan Bagan Sinembah, Tepatnya di Bukit cinta. Kegiatan tersebut di ikuti sekitar 60 orang siswa – siswi dan beberapa siswa lain yang secara personal mendukung kegiatan tersebut.

Abdul Rahim perwakilan dari siswa yang ikut serta melakukan deklarasi itu, menyampaikan bahwa tujuan dari kegiatan tersebut untuk menghilangkan tradisi bahwa tamat sekolah tidak harus coret – coret baju seragam sekolah.

Di ungkapkannya, bahwa kelulusan sekolah merupakan suatu kebahagian bagi mereka, yang mana selama 3 tahun bergulat dengan hiruk pikuk di sekolahan telah di lalui besama, sehingga ingin meluapkan kebahagiaan tersebut, namun tidak dengan tradisi coret – coretan.

” Bahagia tidak harus meluapkannya dengan kekesalan. insyaallah baju kami nantinya akan kami sedekahkan kepada siswa – siswa yang kurang mampu, sehingga akhir dari sekolah ini bisa dijalani dengan saling berbagi,”ungkapnya.

Di jelaskannya, Tradisi coret – coret tersebut merugikan diri sendiri, sebab menurutnya, seragam tersebut masih bisa di pergunakan oleh sisw – siswa di bawah lettingannya.

“Sayang kalo dicoret, bagusan diberikan ke adek – adek yang kurang mampukan pak. Kita berharap agar banyak siswa bisa lebih cerdas memahami arti dari kelulusan, mengalihkan kegiatan menjadi lebih bermanfaat,”tutur abdur Rahim saat di wawancarai.

Safta Ade Wirana salah satu Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) Al Usmaniyah juga menyampaikan bahwa tradisi coret – coret seragam sekolah seyogyannya sudah aja sejak dulu, bahkan menurut orang – orang tua, di tahun 80 an sudah ada tradisi coret – coret seragam tersebut.

Terkait tradisi itu, dirinya mengakui bahwa terus mencari latar belakang tradisi ini hingga sampai sekarang. Di ungkapkannya, bahwa secara psikologis terdapat beban secara mental yang dialami para siswa serta tekanan selama bertahun-tahun terhadap beberapa kegiatan di sekolah, baik terhadap ujian nasional yang berlangsung, serta beberapa peraturan-peraturan dari sekolah yang kontradiktif dengan gaya jiwa muda.

” Sehingga banyak sekali para siswa melampiaskannya dengn mencoret – coret seragam sekolah mereka,” ujarnya.

Untuk itu, Selaku guru PKN, Lanjudnya, dirinya mencoba mengkorelasikan antara pendidikan kewarganegaraan dengan mengalihkan tradisi coret – coret seragam menjadi lebih bermanfaat.

” Atas latar belakang itu lah muncul gerakan yang mereka namakan Gerakan Anti Coret (GAC),”tuturnya.

Kedepannya, harapkan Ade, siswa Al Usmaniyah dapat menjadi contoh bahwa coret – coret tidak harus di seragam, namun digerakkan dalam kain putih panjang dengan bentuk deklarasi.

“Di kain panjang tersebut siswa bisa mencurahkan isi hatinya, kesan – kesan semasa di sekolah serta memberikan tanda tangan sebagai bentuk partisipasi untuk tidak mencoret pakaian seragam sekolah. karena seragam ini juga akan sangat bermanfaat jika disedekahkan kepada siswa yang kurang mampu,”tandasnya.

Oleh Iwansyah Sitorus

Share This Post